Laman

Cari Blog Ini

Senin, 01 Agustus 2011

Budi Pekerti

Budi Pekerti
Secara umum Budi
Pekerti berarti moral
dan kelakuan yang baik
dalam menjalani
kehidupan ini.
Ini adalah tuntunan
moral yang paling
penting untuk orang
Jawa tradisional. Budi
Pekerti adalah induk dari
segala etika ,tatakrama,
tata susila, perilaku baik
dalam pergaulan ,
pekerjaan dan kehidupan
sehari-hari. Pertama-
tama budi pekerti
ditanamkan oleh orang
tua dan keluarga
dirumah, kemudian
disekolah dan tentu saja
oleh masyarakat secara
langsung maupun tidak
langsung.
Pada saat ini dimana
sendi-sendi kehidupan
banyak yang goyah
karena terjadinya erosi
moral,budi pekerti masih
relevan dan perlu
direvitalisasi.
Budi Pekerti yang
mempunyai arti yang
sangat jelas dan
sederhana, yaitu :
Perbuatan( Pekerti) yang
dilandasi atau dilahirkan
olehPikiran yang jernih
dan baik ( Budi).
Dengan definisi yang
teramat gamblang dan
sederhana dan tidak
muluk-muluk, kita
semua dalam menjalani
kehidupan ini semestinya
dengan mudah dan arif
dapat menerima
tuntunan budi pekerti.
Budi pekerti untuk
melakukan hal-hal yang
patut, baik dan
benar.Kalau kita berbudi
pekerti, maka jalan
kehidupan kita paling
tidak tentu selamat,
sehingga kita bisa
berkiprah menuju ke
kesuksesan hidup,
kerukunan antar sesama
dan berada dalam
koridor perilaku yang
baik.
Sebaliknya, kalau kita
melanggar prinsip-prinsip
budi pekerti, maka kita
akan mengalami hal-hal
yang tidak nyaman, dari
yang sifatnya ringan,
seperti tidak disenangi/
dihormati orang lain,
sampai yang berat
seperti : melakukan
pelanggaran hukum
sehingga bisa dipidana.
Penanaman Budi Pekerti
Esensi Budi Pekerti,
secara tradisional mulai
ditanamkan sejak masa
kanak-kanak, baik
dirumah maupun
disekolah, kemudian
berlanjut dalam
kehidupan dimasyarakat.
Dirumah dan keluarga
Sejak masa kecil dalam
bimbingan orang tua,
mulai ditanamkan
pengertian baik dan
benar seperti etika,
tradisi lewat dongeng,
dolanan/permainan
anak-anak yang
merupakan cerminan
hidup bekerjasama dan
berinteraksi dengan
keluarga dan lingkungan.
Berperilaku yang baik
dalam keluarga amat
penting bagi
pertumbuhan sikap anak
selanjutnya. Dari kecil
sudah terbiasa
menghormat orang tua
atau orang yang lebih
tua, misalnya : jalan
sedikit membungkuk jika
berjalan didepan orang
tua dan dengan sopan
mengucap : nuwun sewu
( permisi), nderek
langkung ( perkenankan
lewat sini).
Selain berperilaku halus
dan sopan, juga
berbahasa yang baik
untuk menghormati
sesama, apakah itu
bahasa halus ( kromo)
atau ngoko ( bahasa
biasa). Bahasa Jawa yang
bertingkat bukanlah hal
yang rumit, karena
unggah ungguh basa
( penggunaan bahasa
menurut tingkatnya)
adalah sopan santun
untuk menghormat
orang lain.
Bahasa kromo dan ngoko
Pada dasarnya ada dua
tingkatan dalam bahasa
Jawa,yaitu : Kromo,
bahasa halus dan ngoko,
bahasa biasa. Bahasa
kromo dipakai untuk
menghormat orang tua
atau orang yang perlu
dihormat, sedangkan
ngoko biasanya dipakai
antar teman.
Semua kata yang dipakai
dalam dua tingkat
bahasa tersebut
berbeda, contoh :
Bahasa Indonesia : Saya
mau pergi.
Kromo : Kulo
bade kesah.
Ngoko : Aku
arep lunga.
Dalam percakapan
sehari-hari, orang tua
kepada anak memakai
ngoko, sedang anaknya
menggunakan kromo.
Dalam pergaulan dipakai
pula bahasa campuran
yang memakai kata-kata
dari kromo dan ngoko
dan ini lebih mudah
dipelajari dalam praktek
dan sulit dipelajari
secara teori.
Ora ilok, suatu kearifan
Orang tua zaman dulu
sering bilang : ora
ilok,artinya tidak baik,
untuk melarang
anaknya.Jadi anak tidak
secara langsung dilarang,
apalagi
dimarahi.Ungkapan
tersebut dimaksudkan ,
agar si anak tidak
melakukan perbuatan
yang tidak sopan atau
mengganggu
keharmonisan alam.
Misalnya ungkapan : Ora
ilok ngglungguhi bantal,
mengko wudhunen
(Tidak baik menduduki
bantal , nanti bisulan).
Maksudnya supaya tidak
menduduki bantal,
karena bantal itu alas
kepala. Meludah
sembarang tempat atau
membuang sampah tidak
pada tempatnya, juga
dibilang ora ilok, tidak
baik. Tempo dulu, orang
tua enggan menjelaskan,
tetapi sebenarnya itu
merupakan kearifan.
Lebih baik melarang
dengan arif, dari pada
dengan cara keras.
Tembang yang bermakna
Pada dasarnya,
pendidikan informal
dirumah, dikalangan
keluarga adalah
ditujukan kepada
harapan terbaik bagi
anak asuh. Coba
perhatikan ayah atau ibu
yang meninabobokkan
anak dengan kasih
sayang melantunkan
tembang untuk
menidurkan anak , isinya
penuh permohonan
kepada Sang Pencipta,
seperti tembang : Tak
lelo-lelo ledung, mbesuk
gede pinter sekolahe,
dadi mister, dokter,
insinyur. ( Sayang, nanti
sudah besar pintar
sekolahnya, jadi sarjana
hukum, dokter atau
insinyur).
Atau doa dan
permohonan yang lain :
Mbesuk gede, luhur
bebudhene,jumuring ing
Gusti, angrungkubi
nagari ( Bila sudah
dewasa terpuji budi
pekertinya,
mengagungkan Tuhan
dan berbakti kepada
negara).
Pendidikan tradisional
zaman dulu mengandung
kesabaran, nerimo ing
pandhum, pasrah, ayem
tentrem, tansah eling
marang Pangeran ( selalu
dengan sabar menerima
dan mensyukuri
pemberian Tuhan,
pasrah. Pengertian
pasrah adalah tekun
berusaha dan
menyerahkan keputusan
kepada Tuhan.Hati
tenang tentram, selalu
ingat kepada
Tuhan).Perlu digaris
bawahi bahwa
kepercayaan orang Jawa
tradisional kepada Tuhan
itu sudah mendarah
daging sejak masa kuno,
sehingga anak-anak Jawa
sejak kecil sudah sering
mendengar kata-kata
orang tua : Kabeh sing
neng alam donya iku ana
margo kersaning Gusti.
( Semua yang ada didunia
ini ada karena kehendak
Tuhan).Sehingga bagi
orang Jawa tradisional,
apapun yang terjadi,
akan selalu pasrah dan
mengagungkan Gusti/
Tuhan. Itu sudah menjadi
watak bawaan yang
mendarah daging.
Biasanya ketika anak
mulai berumur lima
tahunan, secara naluri
mulai diterapkan ajaran
unggah-ungguh, sopan
santun, etika,
menghormati orang tua
dan orang lain.
Inkulturisasi, penanaman
etika ini sangat penting
karena menjadi dasar
supaya si anak hingga
dewasa dapat membawa
diri dan diterima dalam
pergaulan dimasyarakat,
mampu bersosialisasi dan
punya budaya malu.
Punya sikap
mendahulukan
kepentingan orang lain,
peka dan peduli kepada
sekeliling dan
lingkungan. Punya
kebiasaan hidup rukun
dan damai, penuh kasih
sayang dan hormat
dilingkungan keluarga
dan masyarakat.
Penanaman sikap sejak
dini ini penting karena
akan merasuk dalam
rasa, sehingga
kepekaannya tidak
mudah hilang.
Peduli Lingkungan
Pendidikan yang
mengarah kepada peduli
dan kasih terhadap
lingkungan dan alam,
juga sudah dimulai sejak
usia belia.Anak-anak
diberi pengertian untuk
tidak bersikap
sewenang-wenang
kepada binatang dan
tanaman dan juga
menjaga kebersihan
alam, tidak merusak
alam.
Anak kecil yang
dirumahnya punya
binatang peliharaan
seperti anjing, kucing,
burung, selalu diberitahu
oleh orang tuanya untuk
merawat nya dengan
baik, memberi makan
yang teratur, dijaga
kebersihannya,
kandangnya juga bersih
dan tidak boleh
diperlakukan dengan
sewenang-wenang dan
justru harus dilindungi
dan dikasihi.
Tanaman dan pepohonan
juga harus dirawat
dengan baik, disiram
setiap sore, kadang-
kadang diberi pupuk,
dijaga supaya tumbuh
subur dan sehat dan
cantik
penampilannya ,sehingga
enak dipandang.
Tanaman yang dirawat
akan membalas kebaikan
kita, daunnya, ,
bunganya, buahnya,
kayunya, akarnya, bisa
memberi faedah yang
berguna.
Bumi tempat kita
berpijak, juga harus
dilindungi, diurus yang
baik, jangan asal saja
menggali-gali
tanah ,kalau memang
tidak ada tujuan yang
bermanfaat.Sumber air
juga harus dijaga, tidak
boleh dikotori.
Prinsipnya, kita harus
dengan sadar dan sebaik-
baiknya merawat,
menggunakan dan
mensyukuri semua
pemberian alam dan
Sang Pencipta.
Pendidikan formal
Selain pendidikan non-
formal yang berkembang
dan berpengaruh positif,
pendidikan formal tentu
saja mempunyai peran
sangat penting.Anak
dididik supaya cerdas
dan punya budi pekerti.
Sejak ditaman bermain/
Play group, TK,SD, anak
diperkenankan dan
dibiasakan bersosialisasi,
ditanamkan etika, sopan
santun, kebersihan, rasa
kebersamaan, rasa
kebersamaan dialam
sebagai satu kesatuan
kosmos, ditanamkan rasa
solidaritas dan kasih
sayang demi keselarasan,
keseimbangan dan
perdamaian.
Tentu juga diajarkan
nilai-nilai luhur yang
terdapat dalam tradisi
dan adat istiadat.
Dimasa penjajahan dulu,
sekolah-sekolah pribumi
seperti Taman Siswa,
menanamkan pendidikan
yang penuh dengan
semangat juang dan
nasionalisme, persatuan
dan kesatuan dalam
melawan penjajah.
Etika Pergaulan
Sebagai bangsa yang
berbudaya, sebaiknya
semua pihak
menampilkan sikap yang
santun dalam pergaulan,
membuat orang lain
senang, dihargai. Orang
itu senang bila dihargai,
disapa dengan kata-kata
yang baik, termasuk
wong cilik, orang
ekonomi lemah.Wong
cilik akan santun kepada
orang yang menghargai
mereka. Orang santun,
meski derajatnya tinggi,
tidak sombong, ini orang
yang berbudaya.Orang
yang berperilaku baik,
berbahasa baik, berbudi
baik, selain dihargai
orang lain, secara pribadi
juga untung, yaitu akan
mengalami peningkatan
taraf kejiwaannya,
mengalami kemajuan
batiniah.
Pelajaran dari cerita
wayang
Cerita yang bersumber
dari pewayangan juga
penting untuk
pendidikan budi pekerti
secara umum.
Bagi orang Jawa
tradisional, apa yang
dikisahkan dalam
wayang adalah
merupakan cermin dari
kehidupan, oleh karena
itu wayang sangat
populer di Jawa sampai
saat ini.
Pelajaran yang bisa
ditarik dari pewayangan
adalah , antara lain :
1. Didunia ini ada baik dan
jahat, pada akhirnya
yang baik yang menang,
tetapi setiap saat yang
jahat akan berusaha
untuk menggoda lagi.
2. Ikutilah contoh dari sikap
hidupPandawa, lima
satria putra Pandu yaitu
Yudistira, Bima, Arjuna,
Nakula, Sadewa dan
satria-satria yang lain
yang mempunyai watak
luhur, jujur, sopan.
Mereka berjuang demi
kebenaran, untuk
kesejahteraaan rakyat
dan negara. Mereka
dengan tekun dan ikhlas
mendalami spiritualitas,
kebatinan. Mereka
menggunakan
kemampuan,
kesaktiannya untuk
tujuan yang mulia. Satria
itu orang yang berbudi
pekerti, berwatak luhur
dan bertanggung jawab.
Jangan mencontoh sikap
paraKorawa,seratus
orang putra
Destarata,yaitu
Duryudana dan adik-
adiknya beserta kroni-
kroninya. Mereka itu
tidak jujur, serakah
mencari kekayaan
materi dan kekuasaan,
sikapnya kasar, tidak
sopan, culas.Mereka
digambarkan sebagai
raksasa. Raksasa dalam
bahasa Jawa adalah Buto
artinya buta, tidak bisa
membedakan yang baik
dan yang jahat, yang
salah dan yang benar.
4. Dari epoch Ramayana,
Prabu Rama, Anoman
dan anah buahnya punya
watak satria luhur,
sebaliknya Rahwana,
Sarpakenaka adalah
raksasa-raksasa yang
rakus dan keji, tanpa
rasa kemanusiaan.
5. Penghuni Alam Raya ini
tidak hanya manusia,
hewan dan mahluk yang
kasat mata, tetapi juga
ada mahluk-mahluk lain
yang biasanya disebut
mahluk halus, ada yang
baik dan ada yang jahat
wataknya.
6. Ada alam Kadewatan
yang dihuni dewa dewi
yaitu di Kahyangan.
Penguasa Jagat Raya
adalah Sang Hyang
Wenang yang dalam
pelaksanaannya memberi
wewenang kepada
Batara Guru.
7. Dalam hidupnya manusia
selalu mensyukuri berkah
dan anugerah Tuhan,
selalu berdoa dan
mengagungkan Tuhan,
Sang Pencipta.Garis
kehidupan manusia
sesuai ketentuan yang
diketahui dan diizinkan
Tuhan.Titah bisa
berkomunikasi dengan
Sang Penguasa Jagat
Raya, Tuhan melalui
perantaraan dewa dewi
ataupun secara langsung.
Ini tentu merupakan
anugerah Gusti kepada
titahnya yang terpilih,
tidak sembarang
orang.Pemberitahuan
Ilahi juga bisa diterima
melalui wahyu secara
langsung ataupun lewat
mimpi.Dalam cerita
wayang, seseorang bisa
dikontak oleh utusan
Kahyangan setelah
bertapa ditempat yang
sepi untuk beberapa saat
(.Dewa-dewi dalam
pengertian lain bisa
disebut Malaikat atau
Angels).
8. Manusia yang sudah
diberi kesempatan untuk
menjalani kehidupan
dibumi ini oleh Sang
Pencipta, tidak layak
kalau menyia-nyiakan
hidupnya. Dia harus
menjadi manusia yang
berbudi pekerti,
melaksanakan darma
anak manusia untuk
memayu hayuning
bawana . ( Melestarikan
bumi dan mempercantik
kehidupan
dibumi.)
.
Legenda –legenda tanah
Jawa menggambarkan :
1. Adanya raja-raja dan
penguasa yang adil dan
tidak adil;ada yang baik,
bijak, tetapi ada juga
yang bengis dan kejam.’
2. Kejujuran dan kelicikan.
3. Pahlawan dan
pengkhianat
4. Negeri aman, adil
makmur dan negeri yang
serba semrawut dan
kacau.
5. Kekuasaan untuk rakyat
dan penyalahgunaan
kekuasaan.
6. Masyarakat adil makmur
tata tentram kerta
raharja adalah suasana
kehidupan masyarakat
yang didambakan orang
Jawa.
Tatakrama dan Tata
Susila
Tatakrama dan Tata
Susila juga tak terlepas
dari budi pekerti.
Berlaku sopan,
bertatakrama yang
meliputi sikap badan,
cara duduk, berbicara
dll. Misalnya dengan
orang tua berbahasa
halus/kromo, dengan
teman berbahasa ngoko.
Bahasa Jawa memang
unik, dengan mudah bisa
menunjukkan sifat
tatakrama seseorang.
Menghormati orang tua,
guru, pinisepuh adalah
wajib, tetapi tidak
berarti yang muda tidak
dihormati. Hormat
kepada orang lain itu
satu keharusan.
Itu kesemuanya
termasuk dalam Tata
Susila- etika moral, yang
juga meliputi :
Jujur, tidak menipu,
welas asih kepada
sesama. Berkelakuan
baik tidak melakukan Mo
Limo, yaitu : Main/
berjudi; madon/ main
perempuan atau
selingkuh;mabuk karena
minuman keras;madat
menggunakan narkoba
dan maling .Tentu saja
tindakan jahat yang lain
seperti membunuh,
menista,
mengakali,memeras,
menyuap, melanggar
hukum dan berbuat
kejam ,harus tidak
dilakukan.
2. Berperilaku baik dengan
menghindari perbuatan
salah, supaya nama baik
tetap terjaga dan supaya
tidak kena malu.Terkena
malu bagi orang Jawa
tradisional adalah
kehilangan
kehormatan.Ada pepatah
Jawa menyatakan :
Kehilangan semua harta
milik itu tidak
kehilangan apapun;
kehilangan nyawa
artinya kehilangan
separoh hidup kita;
tetapi kalau kehilangan
kehormatan artinya
kehilangan semuanya.
3. Memelihara kerukunan,
bebas dari konflik
diantara keluarga,
tetangga, kampung,
desa, selanjutnya
ditingkat negara dan
dunia, dimana hubungan
harmonis antar manusia
teramat penting.
Kerusakan dan
kekacauan yang timbul
didunia ini, yang paling
besar adalah
dikarenakan oleh sikap
manusia’Ingatlah
pepatah : Rukun agawe
santoso artinya : Rukun
membuat kita sehat
kuat.
4. Bersikap sabar, nrimo
artinya menerima
dengan ikhlas dan sadar
jalan kehidupan kita dan
tidak perlu iri kepada
sukses orang lain Ingin
hidup sukses harus
berusaha dengan keras
dan rajin dan mohon
restu Tuhan, hasilnya
terserah Tuhan.
5. Tidak bersikap egois
yang hanya
mementingkan diri
sendiri. Ada petuah : Sepi
ing pamrih, rame ing
gawe.artinya bertindak
tanpa pamrih dan selalu
siap bekerja demi
kepentingan masyarakat
dan kesejahteraan
umat.Sikap yang
demikian ,mudah
menimbulkan tindakan
ber-gotong royong, baik
dalam lingkungan kecil
maupun besar.
6. Gotong Royong adalah
kerjasama saling
membantu dan hasilnya
sama-sama dinikmati. Ini
bisa berlaku diskop kecil
seperti antar tetangga
kampung yang
merupakan kebiasaan
yang sudah berjalan
sejak masa kuno. Yang
digotong royongkan
antara lain : sama-sama
membersihkan jalan
desa, memperbaiki pra
sarana seperti jalan
desa, saluran air, balai
desa dsb.Ada juga yang
bergotong royong ramai-
ramai membangun
rumah seorang warga dll.
Jadi pada intinya gotong
royong adalah kerjasama
antar beberapa pihak
yang menghasilkan nilai
lebih dipelbagai bidang
yang dikerjakan bersama
tersebut. Dasar gotong
royong adalah sukarela
dan untuk kepentingan
bersama yang meliputi
bidang-bidang
perawatan,
pembangunan, produksi
dll.Tiap peserta akan
menangani bidang
pekerjaan yang
merupakan
kemahirannya dan itu
akan bersinerji dengan
ketrampilan peserta lain
dan “proyek” akan
berjalan
lancar.Berdasarkan
pengalaman yang sukses
dari gotong royong
lingkup kecil, gotong
royong bisa dipraktekkan
berupa sinerji yang
berskala nasional,
regional ,bahkan
internasional.
Kembali ke Budi Pekerti
Pada saat keprihatinan
melanda kehidupan
dinegeri tercinta ini dan
itu sebab pokoknya
adalah kemerosotan
moral dan hukum yang
sulit ditegakkan ,
kebenaran diplintir , rasa
malu hilang entah
kemana, mana yang baik
mana yang buruk
dikaburkan, tata susila
tak diperhitungkan.Lalu
dimana pula kejujuran?
Yang lagi ngetrend pada
saat ini adalah janji-janji,
terutama janjinya para
politikus. Ini katanya
zaman krisis multi
dimensi, kalau orang
dulu bilang :Ini zaman
edan !
Dalam keadaan sulit
seperti apapun, tentu
ada jalan keluarnya,
tidak semua orang
bersifat jelek, tidak
semua pemimpin lupa
diri, ada masih anak
bangsa yang berkwalitas,
jujur, pandai, trampil,
trengginas,berani hidup
sederhana, dalam
perilaku dan tindakannya
didasari nurani dan
berkah Tuhan Yang Maha
Pengasih dan
Penyayang . Inilah anak
bangsa, satria bangsa
yang mumpuni dan akan
mrantasi gawe,
mengentaskan bangsa
dan negara ini dari
keterpurukan dan
membawa kekehidupan
yang lebih baik ,
sejahtera, aman, adil dan
makmur.
Kalau kita merenung
dengan hening, berbicara
dengan nurani, tiada
sedikit keraguan
bahwasanya Budi Pekerti
yang sarat dengan ajaran
luhur moral dan etika
dan kepasrahan kepada
Tuhan, merupakan resep
mujarab supaya bangsa
dan negara terlepas dari
segala keruwetan yang
dihadapi ( Ngudari ruwet
rentenge bangsa lan
negara ).
Krisis yang dihadapi akan
ditanggulangi dengan
baik bila kita semua,
terutama mereka yang
menjadi pemimpin,
priyayi, birokrat, dengan
sadar dan mantap,
melaksanakan semua
tindakan dengan dasar
budi pekerti.
Budi Pekerti yang
merupakan kearifan
lokal, pada dasarnya
mengandung nilai-nilai
universal.
Budi Pekerti akan
membangkitkan
kepribadian yang
berkwalitas : tanggap
( peka), tatag ( tahan
uji), dan tanggon ( dapat
diandalkan).
JagadKejawen,
Suryo S. Negoro

Tidak ada komentar: