Laman

Cari Blog Ini

Jumat, 05 Agustus 2011

ilmu laduni

Barang siapa yang
menjadikan kisah nabi
Khidir as dengan nabi
Musa as sebagai alasan
untuk menggantikan
wahyu dengan ilmu
laduni –sebagaimana
pendapat orang- orang
yang tidak mendapatkan
taufik dari Allah-, maka
orang itu adalah atheis
dan zindiq, karena
sesungguhnya nabi Musa
as tidaklah diutus
kepada nabi Khidir as,
dan nabi Khidir pun tidak
diperintahkan untuk
mengikuti nabi Musa as
“ ( Ibnu Abdul Izz Al
Hanafi)
Ahmad Zein MA,Cairo
Kita akan
memperluaskan sedikit
pembahasan tentang
Ilmu laduni ini, karena
semakin banyak orang
Islam yang mengaku
telah memiliki ilmu aneh
ini, kemudian membuat
kekacauan dikalangan
umat Islam. Sehingga,
perlu bagi seorang
muslim yang ingin
menjaga aqidahnya
untuk mengetahui
hakekat ilmu laduni
tersebut. Disana ada
beberapa pertanyaan :
Mungkinkah ilmu laduni
ini bisa dicari ? Apakah
ilmu ini merupakan
pemberian Allah kepada
orang-orang tertentu,
sehingga tidak semua
orang bisa memilikinya ?
Apakah orang yang
memiliki ilmu ini sudah
sampai derajat keimanan
yang sangat kuat,
sehingga dibolehkan
meninggalkan sebagian
kewajibannya sebagai
orang muslim,
sebagaimana diyakini
oleh sebagian orang ?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut insya Allah akan
terjawab dalam tulisan di
bawah ini
Menelurusi hakikat ilmu
Laduni
Kalau kita buka
lembaran Al Quran,
ternyata hanya ada satu
tempat yang
menyebutkan “ ilmu
laduni “ secara jelas,
yaitu di dalam surat Al
Kahfi ayat 65. Walaupun
harus diakui, ada ayat-
ayat lain yang mungkin
mencakup pembahasan
ilmu laduni ini, tetapi
secara tidak langsung.
Allah berfirman
menceritakan nabi
khidhir as. :
“ Maka mereka berdua
( Nabi Musa dan
pembantunya )
mendapatkan seorang
hamba dari hamba-
hamba Kami ( yaitu nabi
khidir), yang telah Kami
anugrahi rohmat dan
telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi
Kami ( Allah ). “ ( QS. Al
Kahfi; 65 )
Ayat diatas adalah dasar
pembahasan ilmu laduni,
bahkan salah satu ayat
yang dijadikan referensi
utama oleh kelompok
tertentu untuk
membenarkan keyakinan
mereka yang sesat.
Mereka menjadi sesat
karena menafsirkan ayat
tanpa ada dasar
keilmuan yang jelas.
Ayat diatas menyebutkan
lafadh “ Ladunna “( huruf
akhir adalah “ a”) , yang
berarti : “ dari sisi Kami
( Allah ) “ , Ilmu Ladunna
berarti ilmu dari sisi
Allah. Yang kemudian
berkembang dan menjadi
ilmu Ladunni ( pakai
huruf “ i “).
Kita belum mengetahui
secara pasti, mulai kapan
istilah ilmu laduni itu
muncul, ( walaupun
sebenarnya bisa
diprediksikan muncul
setelah abad ke 3 hijriah,
bersamaan dengan
munculnya kelompok-
kelompok sempalan
dalam Islam ) . Tapi yang
jelas, ilmu laduni
dinisbatkan pertama
kalinya kepada Nabi
Khidhhir as. Karena
memang teks ayat diatas
berkenan dengan cerita
Nabi Khidhir as.
Ilmu laduni-nya Nabi
Khidhir menurut surat Al
Kahfi – difokuskan pada
satu masalah saja, yaitu
pengetahuan tentang
masa depan, walau
secara rinci digambarkan
dalam tiga peristiwa,
yaitu merusak kapal
yang sedang berlabuh di
pinggir pantai,
membunuh anak kecil
yang ditemukan di
tengah jalan, dan
memperbaiki dinding
yang mau roboh.
Kalau kita padukan
antara ilmu laduni
dengan ketiga peritiswa
di atas, akan kita dapati
benang merah yang
menghubungkan antara
keduanya, yang
konklusinya sebagai
berikut : Ilmu laduni
adalah ilmu yang
bersumber dari Allah swt
( dan Allah sajalah Yang
memegang kunci-kunci
alam ghoib ), sedang inti
dari ilmu laduni yang
dimiliki Nabi Khidhir as
adalah pengetahuan
tentang masa depan
yang nota benenya
adalah ilmu ghoib ,
berarti ilmu laduni yang
diajarkan kepada nabi
Khidhir adalah ilmu
ghoib.
Oleh karenanya, kalau
kita katakan bahwa
Khidhir as adalah seoran
Nabi - dan ini adalah
pendapat yang benar -,
maka Allah telah
mengajarkan kepada
Nabi Khidhir sebagian
ilmu ghoib, dan ini wajar-
wajar saja, karena salah
satu ciri khas wahyu
adalah pengetahuan
tentang sebagian ilmu
ghoib. Dan hal ini hanya
dimiliki oleh para nabi
dan utusan Allah atau
orang-orang yang
dikehendaki Allah swt,
sebagaimana yang
termaktub di dalam
firman-Nya :
“ Dia-lah 9 Allah ) Yang
mengetahui ghoib dan
Dia tidak
memperlihatkan tentang
yang ghoib tersebut
kepada siapapun juga.
Kecuali kepada para
Rosul yang diridhoi-Nya,
maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-
penjaga ( Malaikat ) di
muka dan di belakangnya
“ ( QS. Jin : 26-27)
Namun seiring dengan
berjalannya waktu,
istilah ilmu laduni
menjadi berkembang
artinya. Yaitu setiap
orang yang mempunyai
kelebihan yang aneh-
aneh ( yang diluar
kewajaran manusia ),
mereka menganggapnya
mempunyai ilmu laduni.
Seperti kalau kita
melihat seseorang
berjalan diatas air, atau
mengetahui kejadian
pada masa yang akan
datang , atau dia bisa
masuk batu dan selamat
dari kepungan musuh
atau bisa melihat
sesuatu kemudian
menjadi hancur dan lain-
lainnya. Bukan hanya itu
saja, orang yang bisa
menghafal sesuatu
dengan cepat, atau
mampu menjawab
pertanyaan- pertanyaan
dalam ujian, tanpa
kelihatan dia belajar
sebelumnya, sering di
klaim, telah memiliki
ilmu laduni. Maka jika
sekarang, ada orang
yang tiba-tiba mengaku
mempunyai ilmu laduni,
bisa nggak kita
mempercayainya?
Untuk menjawab
pertanyaan diatas, kita
harus merinci dahulu
permasalahannya, pada
point-point di bawah ini :
1. Kalau yang dia
maksudkan ilmu laduni
seperti yang dimiliki nabi
Khidir as, atau
sejenisnya, maka kita
tidak boleh
mempercayainya sama
sekali, karena itu hanya
dimiliki oleh para nabi.
Kalau dia mengakui
memilikinya, sama saja
kalau dia mengaku
mendapatkan wahyu dari
langit atau dengan kata
lain dia mengaku nabi,
karena yang didapat nabi
Khidir tidak lebih dari
pada sebuah wahyu.
Seseorang mungkin bisa
mengetahui ilmu ghoib
dengan perantara Jin
atau syetan. Karena Jin
dan syetan sering
mencuri pendengaran
tentang hal-hal ghoib
dari langit. Sebagaimana
firman Allah di dalam
surat Al Hijr : 17-18,
“ Dan Kami jaga langit-
langit tersebut dari
syetan yang terlaknat,
kecuali mereka yang
mencuri pendengaran
( dari hal-hal yang
ghoib ) , maka dia akan
dikejar oleh batu api
yang nyata “
Ayat – ayat senada juga
bisa dilihat di dalam
surat As Shoffat :10 dan
surat Jin: 9.
2. Tapi kalau yang dia
maksudkan ilmu laduni
adalah ilmu-ilmu
kanuragan ( ilmu
kesaktian ) yang ia
dapatkan dengan
latihan-latihan tertentu,
seperti bertapa di
tengah sungai selama 40
hari 40 malam, atau
puasa selama 40 hari
berturut-turut, atau
dengan hanya makan
nasi putih saja tanpa
lauk dalam jangka waktu
tertentu atau dengan
cara-cara lain yang
sering dikerjakan orang.
Maka kita akan teliti
dahulu, apakah cara-cara
seperti itu pernah
diajarkan oleh Rosulullah
saw dan para sahabatnya
atau tidak ? Kalau
jawabannya tidak,
berarti dia mendapatkan
ilmu tersebut dengan
meminta bantuan dari jin
dan syetan. Sebagaimana
kita banyak dapati
sebagian orang bisa kaya
mendadak dengan
meminta bantuan Jin dan
Syetan. Perbuatan
seperti ini dilarang oleh
Islam, sebagaimana
firman Allah didalam
surat Jin : 6
“ Dan sesungguhnya ada
diantara manusia yang
meminta perlindungan
dari segolongan Jin ,
maka segolongan Jin itu
hanya aka menambah
kepada mereka
kesusahan. “
Kita dapati banyak orang
pada zaman sekarang
yang memelihara Jin
untuk memperoleh
kekayaan dengan cepat,
akhirnya dia menjadi “
tumbal” jin yang ia
pelihara. Jin itu
memangsa tuannya
sendiri. Sungguh Maha
Benar Allah dengan
segala firman-Nya.
3. Jika ilmu laduni
tersebut dia dapatkan
dengan bertaqwa kepada
Allah dengan
menjalankan perintah-
perintahNya serta
menjauhi segala
larangan-Nya sesuai
dengan apa yang
diajarkan oleh Rosulullah
saw, maka kita harus
percaya kepadanya,
tetapi tidak kita sebut
ilmu laduni, kita sebut
karomah atau ilham atau
firasat, menurut jenis
kelebihan yang ia punyai.
Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al
Baqarah : 282
“ …dan bertaqwalah
kamu kepada Allah,
niscaya Allah akan
mengajarimu …”
Firman Allah di dalam
surat Al Hijr : 75
“ Dan sesungguhnya
pada peristiwa tersebut
( hancurnya kaum Luth )
merupakan tanda bagi
orang- orang yang
mempunyai firasat “
Dan banyak dalil –dalil
lain yang menyebutkan
adanya istilah-istilah
tersebut dalam ajaran
Islam .
Perlu di garis bawahi,
bahwa orang yang punya
kelebihan tersebut tidak
akan mengaku- ngaku
atau mengumumkan ilmu
yang ia miliki di depan
umum , kecuali kalau ada
maslahat dibalik
pemberitahuannya,
sehingga dengan
terpaksa dia
memberitahukan ilmunya
itu kepada orang lain.
Wallahu a’lam.
Beberapa catatan
penting
Ada beberapa hal yang
perlu penulis tambahkan
disini:
(1) Yang pertama :
Bahwa nabi Khidir as
tidak diutus kepada nabi
Musa as. , sehingga nabi
Musa harus mengikuti
ajaran nabi Khidir
(2) Yang kedua :
Nabi khidir as,– menurut
sebagian para ulama-
diutus kepada kaum
tertentu, sebagaimana
nabi Musa as hanya
diutus kepada Bani Israil.
Dan suatu hal yang
sangat wajar sekali,
apabila di satu zaman
ada dua nabi atau lebih.
Buktinya ? Dalam surat
Yasin ayat 13-14, Allah
berfirman :
“ Berikan ( wahai
Muhammad ) kepada
mereka sebuah
permitsalan para
penduduk suatu negri ,
ketika datang kepada
mereka para utusan
Allah . Ketika Kami utus
kepada mereka 2 orang
rosul, maka mereka
mendustakan keduanya,
maka Kami perkuat
dengan rosul yang
ketiga, mereka berkata ;
“ Sesungguhnya kami
adalah utusan Allah
kepada kamu sekalian “
Contoh yang lain adalah
nabi Ibrohim, Ismail,
Ishaq dan nabi Luth
mereka hidup dalam satu
zaman. Begitu juga nabi
Daud dan Sulaiman, nabi
Ya’qub dan Yusuf , nabi
Musa , Harun dan
Syu’aib, dan terakhir
nabi Zakaria, Isa dan
Yahya.
(3) Yang ketiga :
Nabi Khidir as juga bukan
pengikut nabi Musa as
dan tidak diperintahkan
untuk mengikutinya,
sehingga boleh-boleh
saja bagi nabi Khidir as,
berbuat tidak seperti
apa yang diajarkan nabi
Musa as, karena setiap
nabi mempunyai manhaj
dan syareah yang
berbeda-beda.
Kemudian setelah itu
datang orang Islam “
yang nyleneh ” mengaku
sebagai wali Allah dan
mempunyai ilmu laduni ,
sehingga membolehkan
dirinya keluar – atau
tidak mengikuti syareah
yang di bawa nabi
Muhammad saw.
( Na’udzibillahi
mindzalik).
Jangankan dia, yang
namanya nabi Isa as saja,
nantinya kalau turun ke
bumi lagi untuk
membunuh Dajjal, akan
ikut dan patuh dengan
syareat nabi Muhammad
saw.
Berkata Ibnu Abdil Izz al
Hanafi :
“ Barang siapa yang
menganggap dirinya
dengan nabi Muhammad
saw sebagaimana nabi
Khidir as, dengan nabi
Musa as, atau
membolehkan orang lain
mengerjakan seperti itu
( artinya membolehkan
orang lain untuk mbalelo
dari ajaran Islam ) maka
hendaklah dia
memperbaharuhi
keislamannya , dan
mengucapkan syahadat
sekali lagi dengan penuh
kesungguhan. Karena
dengan perbuatannya
itu , dia telah keluar dari
Islam …..dia bukannya
wali Allah , tetapi
sebenarnya dia adalah
wali syetan. Inilah yang
membedakan antara
orang- orang zindiq
dengan orang-orang
yang istiqomah di dalam
ajaran Islam, maka
perhatikan baik-baik “
(4 ) Yang terakhir :
Nabi Khidir as, menurut
pendapat yang benar ,
telah mati sebagaimana
manusia lainnya akan
mati. Dalilnya
sebagaimana firman
Allah di dalam QS Al
Anbiya ‘ : 34-35 , :
“ Dan Kami ( Allah ) tidak
menjadikan seorang
manusia-pun sebelum
kamu ( wahai
Muhammad) abadi, maka
apabila engkau mati,
apakah mereka akan
abadi ??. Setiap jiwa
akan merasakan
kematian. Dan Kami
akan menimpakan
kepada kamu sekalian
kejelekan dan kebaikan
sebagai ujian bagi kamu.
Dan kepada Kami-lah
kamu sekalian akan
dikembalikan . “
Sumber : al-
ukhuwah.com

Tidak ada komentar: