Laman

Cari Blog Ini

Senin, 01 Agustus 2011

Pitutur Luhur
Supaya kehidupan
berjalan baik, para
pinisepuh telah
mewariskan pitutur luhur
– petuah luhur supaya
kita semua tetap
berpegang kepada
paugeraning urip – tata
cara kehidupan luhur,
yang secara tradisi selalu
dilaksanakan dan
dihormati seluruh warga
dengan sadar dan
mantap
Petuah dan ajaran
warisan leluhur Jawa/
Nusantara sengaja
disebar kemana-mana,
tidak berupa sebuah
buku tuntunan. Ini
dimaksudkan oleh para
pinisepuh, supaya anak
cucu termasuk penulis
dan anda semua
mengerti, bahwa belajar
dan mencari ilmu itu
perlu usaha yang tekun.
Tidak jemu-jemunya para
pinisepuh menebarkan
ajaran luhur lewat sloka-
sloka, tembang-tembang,
babad, cerita tutur,
peribahasa dll, supaya
anak keturunan
dimanapun dan
kapanpun selalu ingat
untuk menjaga perilaku
yang baik dan patut,
selalu percaya diri,
berpegang teguh kepada
Budi Pekerti, tatakrama
dan tata susila, tidak
sombong, sopan dan
bersikap rendah hati –
andap asor.
Piweling/ ajaran yang
utama adalah : Tansah
eling marang Pangeran –
Selalu ingat kepada
Tuhan, sebab Gusti ora
sare – karena Tuhan
tidak tidur, artinya :
mengetahui segalanya.
Petuah lewat peribahasa
Dalam pergaulan sehari-
hari, beberapa
peribahasa dibawah ini,
kiranya masih relevan
dan bermanfaat dan bila
diperhatikan dan
dilaksanakan yang baik
dan dihindari yang jelek,
akan membuat suasana
kehidupan dimasyarakat
enak, rukun dan
menyenangkan.
Zaman Edan
Salah satu pitutur klasik
yang kondang adalah
Zaman Edan , karya
agung pujangga
Ranggawarsita, sebagai
berikut :
Amenangi zaman edan
Mengalami zaman edan/
gila
Ewuh aya ing pambudi
Serba sulit menentukan
perilaku
Melu edan nora tahan
Mau ikutan berbuat gila,
tak sampai hati
Yen tan melu anglakoni
Kalau tak ikutan
Boya keduman milik
Tidak kebagian rejeki
( uang, harta)
Kaliren wekasanipun
Jadinya kelaparan
Dilalah karsa Allah
Sudah menjadi kehendak
Tuhan
Begja-begajne kang lali,
luwih begja kang eling
lan waspada
Seberapapun untung
yang didapat oleh orang
yang lagi lupa, masih
lebih bahagia orang yang
sadar dan waspada.
Melecehkan kebenaran
Ada zaman yang
menyedihkan bagi orang
baik-baik, ketika
kebenaran dan orang
baik-baik dilecehkan,
seperti pada ungkapan
ini :
Wong bener thenger-
thenger,
Wong salah bungah-
bungah,
Wong apik ditampik-
tampik.
Artinya :
Orang benar jadi susah,
Orang salah malahan
senang hidupnya,
Orang baik tidak
diterima bahkan diusir.
Dhandhang diunekake
kuntul, kuntul diunekake
dhandhang.
Yang jahat dibilang baik,
yang baik dikatakan
jahat.
Ini merupakan gambaran
keadaan yang rancu,
dimana nilai-nilai moral
kejangkitan penyakit.
Sindiran kepada orang
tak bermutu
Ada saja orang tak
bermutu dizaman
apapun, orang-orang
yang berlagak sok pintar.
Contohnya :
Kakehan gludhug kurang
udan.
Kebanyakan guntur,
hujannya sedikit. Artinya
kebanyakan ngomong,
yang benar sedikit.
Kegedhen endhas kurang
uteg.
Kebesaran kepala,
otaknya kurang.
Alihan gung
Lagaknya kaya orang
gedean, bodoh merasa
pintar.
Merak kecancang
Bergaya anggun bak
burung merak.
Malang kadhak
Berjalan gaya kesana
kemari seperti itik.
Ini adalah gambaran
orang yang mendem
drajad, pangkat lan
semat.
Orang yang mabuk
kekuasaan, kedudukan,
pangkat dan kekayaan
materi.
Murang kara adalah
orang yang berperilaku
tidak baik seperti
koruptor, manipulator,
pemeras,yang menyalah
gunakan kedudukan
untuk mencari uang yang
tidak halal.
Micakake wong melek
Orang yang tidak malu
atas perbuatannya yang
tidak baik, dia anggap
semua orang itu buta,
tidak tahu akan
perbuatannya yang
tercela seperti
menggerogoti uang
negara, memeras dsb.
Mungal mungil adalah
orang yang tak punya
pendirian.
Ngalem legine gulo
Memuji manisnya gula.
Dengan menyanjung
orang kaya/berpangkat
mengharapkan diberi
sesuatu.
Ngantuk nemu kethuk.
Ini gambaran orang
malas, tanpa bekerja
dapat rejeki.
Anjabung alus
Menipu dengan cara
halus.
Keplok ora tombok
Orang yang mencela
orang lain dan tidak
membantu.
Ilang jarake, kari jaile
Hilang sudah sifat baik,
yang ada hanya iri dan
dengki.
Tingkah laku orang-
orang dinegeri kacau.
Pada sebuah negeri yang
tatanannya lagi kacau,
diingatkan : Waspada,
ada orang atau
kelompok yang tidak
terpuji perilakunya,
seperti :
Ambondhan tanpo ratu
Tidak menghormati
tatanan/peraturan,
ulahnya mengacau.
Ngalasake negoro..
Negara dianggap hutan,
berbuat seenaknya
sendiri.
Mampang mumpung
Berbuat semaunya
sendiri.
Alesus gumeter
Sengaja menyebarkan
berita yang mengacau.
Sawat ambalang kayu
Dinegeri yang
tatanannya baru sakit,
ada saja peramal yang
senangnya mengeluarkan
ramalan-ramalan, meski
kebanyakan ramalannya
tidak benar.
Setan nggowo ting
Setan yang berkeliaran
membawa lentera,
artinya ada orang yang
berkeliaran kesana
kesini untuk menghasut
dan berbuat jahat.
Caca upa
Berbuat jahat supaya
terjadi permusuhan, lalu
menyediakan racunnya –
Raja wisuna.
Bahni maya pramana
Melakukan kampanye
busuk ( black campaign)
sambil mencerca dan
memaki lawannya.
Arep jamure, emoh
watange
Pemalas, maunya hidup
enak ,tetapi tidak mau
bekerja keras.
Gecul kumpul
Kumpulan para penjahat.
Hadigang
Munculnya para
pemimpin yang merasa
kuat.
Hadigung
Merasa besar dan kuasa.
Hadiguna
Merasa pandai.
Sementara itu , banyak
anak buahnya, pejabat
dibawahnya yang
tindakannya tidak punya
malu :
Rai gedheg.
Mereka suka memeras
kawula yang kebanyakan
juga hidup susah, sampai
kawula tak punya apa-
apa, diibaratkan seperti :
Pitik trondhol dibubuti .-
Ayam yang bulunya
jarang, masih juga
dibubuti bulunya hingga
plonthos, habis semua
bulunya.
JagadKejawen,
Suryo S. Negoro

Tidak ada komentar: